Senin, 25 April 2016

Kabupaten Bangka Barat 
1. Masjid JAMI Muntok 
Bangunan Masjid Jami Muntok yang berlokasi di kelurahan Tanjung, kecamatan Muntok, kabupaten Bangka Barat ini berdiri sejak tahun 1881 M, atas inisiatif Tumenggung Kartanegara II sebagai wakil Kesultanan Palembang. Lahan yang digunakan merupakan tanah wakaf dari Tumenggung Arifin dan H. Muhammad Nur seluas 7.500 M2.
Lokasi masjid ini ialah disebelah klenteng Kuang Fuk Miay d dekat terminal Lama Muntok. Bangunan masjid ini bertiang utama sebanyak 6 buah di bagian depan dan 4 dibagian dalam. Jumlah pintu msuk masjid berjumlah 5 buah dengan ukuran 76 x 220 cm dan terbuat dari kayu bulin, Jendela sebanyak 17 Buah berukuran 120 x 220 cm. (direktori Masjid bersejarah Departemen Agama RI – 2008)
2. Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam. 
Ada dua gedung tua yang pernah dijadikan sebagai tempat pengasingan, gedung tua itu adalah Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam.
Bung Karno bersama Bung Hatta dan sejumlah pemimpin Republik Indonesia lainnya pernah menempati dua bangunan bersejarah itu saat dibuang Belanda pada Februari 1949. Bung Hatta saat dibuang menempati Pesanggrahan Menumbing yang terletak di tengah hutan perawan di atas Bukit Menumbing.
Di perbukitan Giri Sasana Menumbing dengan ketinggian sekitar 800 meter dpl kita bisa melihat langsung kamar tempat Bung Karno dan Bung Hatta serta salah satu mobil yang mereka pakai saat diasingkan Belanda pada zaman Kemerdekaan.
Kini tempat pembuangan Bung Karno dan Bung Hatta itu sejak beberapa tahun lalu telah diubah menjadi hotel dengan nama Jati Menumbing. Selain di Giri Sasana Menumbing ada satu tempat lagi yang menjadi tempat pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta oleh Belanda adalah Wisma Ranggam. Gedung itu kini sudah mengalami renovasi karena kondisinya sempat sangat memprihatinkan.
3. Makam H. Hatama Rasyid (Jebus) 
Makam ini adalah makam penyebar Agama Islam yang di keramatkan. Makam ini terletak di Desa Bakit Kecamatan Jebus berjarak 4D.35 Km dari pusat kota.
Makam ini setiap tahunnya banyak dikunjungi oleh peziarah dari Kabupaten Bangka Barat maupun dari Kabupaten-Kabupaten dan bahkan banyak juga peziarah-peziarah dari luar pulau Bangka datang ketempat ini untuk berziarah.
Ditempat ini mereka yang datang berdoa untuk meminta agar murah rezeki, jodoh dan kesehatan kepada Allah. Dengan kondisi jalan yang mulus, tempat ini dapat ditempuh dengan menggunakan mobil selama kurang lebih 2 jam dari kota Muntok.
4. Monumen Proklamator Kota Muntok 
Monumen Proklamator Bung Karno dan Bung Hatta adalah sebuah monumen yang baru dibangun dikota Muntok dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI Mega Wati Soekarno Putri pada 2 Juli 2000. Monumen dengan tinggi sekitar tujuh meter berbentuk batu lonjong dengan seekor burung Garuda berkalungkan perisai Lima Sila yang mengepakkan sayapnya seakan-akan hendak terbang ini dibuat dari batu granit.
Di pelataran depan, patung Bung Karno dan Bung Hatta berdiri gagah sedang menunjuk ke arah laut Selat Bangka. Monumen ini berada persimpangan jalan antara lapangan bola dan kantor Pos dan berada dekat pusat kota Monumen ini semakin memperkaya keberadaan Kota Muntok sebagai pusat perjuangan yang bersejarah dan berbudaya.
Monumen Proklamator Bung Karno Dan Bung Hatta sarat dengan makna dan perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Monumen ini melengkapi nilai bersejarah monumen lainnya seperti Pesanggrahan Bung Karno (Wisma Ranggam) Vila di Bukit Menumbing.
5. Rumah Mayor di Muntok 
Peninggalan bangunan lama yang dibangun pada masa penjajahan belanda, hingga kini bangunan itu masih ada. Namun minimnya informasi atas keberadaan bangunan ini membuatnya kurang begitu dikenal bahkan oleh masyarakat bangka sendiri. Foto bangunan ini dapat anda lihat di diatas.
6. Makam pangeran Pakoeningprang 
Pangeran Hario Pakoeningprang adalah salah satu pahlawan dari Yogyakarta yang diasingkan oleh Belanda di Kota Muntok pada tanggal 8 Februari 1897. Pengasingan Pangeran Hario Pakoeningprang berawal dari diutusnya beliau untuk meredam perlawanan rakyat Aceh terhadap pemerintahan Belanda.
Tetapi Setibanya di Aceh Pangeran Hario malah berbalik melawan Belanda. Setelah tertangkap Beliau lalu diasingkan di Bangka (Muntok) pada tanggal 8 Februari 1897 hingga Wafat pada tanggal 18 Agustus 1897. Pangeran Hario Pakoeningprang adalah Cucu dari Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam II.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar