Kabupaten Bangka Barat
1. Masjid JAMI Muntok
Bangunan Masjid Jami Muntok yang berlokasi di kelurahan Tanjung,
kecamatan Muntok, kabupaten Bangka Barat ini berdiri sejak tahun 1881 M,
atas inisiatif Tumenggung Kartanegara II sebagai wakil Kesultanan
Palembang. Lahan yang digunakan merupakan tanah wakaf dari Tumenggung
Arifin dan H. Muhammad Nur seluas 7.500 M2.
Lokasi masjid ini ialah disebelah klenteng Kuang Fuk Miay d dekat
terminal Lama Muntok. Bangunan masjid ini bertiang utama sebanyak 6 buah
di bagian depan dan 4 dibagian dalam. Jumlah pintu msuk masjid
berjumlah 5 buah dengan ukuran 76 x 220 cm dan terbuat dari kayu bulin,
Jendela sebanyak 17 Buah berukuran 120 x 220 cm. (direktori Masjid
bersejarah Departemen Agama RI – 2008)
2. Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam.
Ada dua gedung tua yang pernah dijadikan sebagai tempat pengasingan,
gedung tua itu adalah Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam.
Bung Karno bersama Bung Hatta dan sejumlah pemimpin Republik
Indonesia lainnya pernah menempati dua bangunan bersejarah itu saat
dibuang Belanda pada Februari 1949. Bung Hatta saat dibuang menempati
Pesanggrahan Menumbing yang terletak di tengah hutan perawan di atas
Bukit Menumbing.
Di perbukitan Giri Sasana Menumbing dengan ketinggian sekitar 800
meter dpl kita bisa melihat langsung kamar tempat Bung Karno dan Bung
Hatta serta salah satu mobil yang mereka pakai saat diasingkan Belanda
pada zaman Kemerdekaan.
Kini tempat pembuangan Bung Karno dan Bung Hatta itu sejak beberapa
tahun lalu telah diubah menjadi hotel dengan nama Jati Menumbing. Selain
di Giri Sasana Menumbing ada satu tempat lagi yang menjadi tempat
pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta oleh Belanda adalah Wisma Ranggam.
Gedung itu kini sudah mengalami renovasi karena kondisinya sempat
sangat memprihatinkan.
3. Makam H. Hatama Rasyid (Jebus)
Makam ini adalah makam penyebar Agama Islam yang di keramatkan. Makam
ini terletak di Desa Bakit Kecamatan Jebus berjarak 4D.35 Km dari pusat
kota.
Makam ini setiap tahunnya banyak dikunjungi oleh peziarah dari
Kabupaten Bangka Barat maupun dari Kabupaten-Kabupaten dan bahkan banyak
juga peziarah-peziarah dari luar pulau Bangka datang ketempat ini untuk
berziarah.
Ditempat ini mereka yang datang berdoa untuk meminta agar murah
rezeki, jodoh dan kesehatan kepada Allah. Dengan kondisi jalan yang
mulus, tempat ini dapat ditempuh dengan menggunakan mobil selama kurang
lebih 2 jam dari kota Muntok.
4. Monumen Proklamator Kota Muntok
Monumen Proklamator Bung Karno dan Bung Hatta adalah sebuah monumen
yang baru dibangun dikota Muntok dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI
Mega Wati Soekarno Putri pada 2 Juli 2000. Monumen dengan tinggi sekitar
tujuh meter berbentuk batu lonjong dengan seekor burung Garuda
berkalungkan perisai Lima Sila yang mengepakkan sayapnya seakan-akan
hendak terbang ini dibuat dari batu granit.
Di pelataran depan, patung Bung Karno dan Bung Hatta berdiri gagah
sedang menunjuk ke arah laut Selat Bangka. Monumen ini berada
persimpangan jalan antara lapangan bola dan kantor Pos dan berada dekat
pusat kota Monumen ini semakin memperkaya keberadaan Kota Muntok sebagai
pusat perjuangan yang bersejarah dan berbudaya.
Monumen Proklamator Bung Karno Dan Bung Hatta sarat dengan makna dan
perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Monumen
ini melengkapi nilai bersejarah monumen lainnya seperti Pesanggrahan
Bung Karno (Wisma Ranggam) Vila di Bukit Menumbing.
5. Rumah Mayor di Muntok
Peninggalan bangunan lama yang dibangun pada masa penjajahan belanda,
hingga kini bangunan itu masih ada. Namun minimnya informasi atas
keberadaan bangunan ini membuatnya kurang begitu dikenal bahkan oleh
masyarakat bangka sendiri. Foto bangunan ini dapat anda lihat di diatas.
6. Makam pangeran Pakoeningprang
Pangeran Hario Pakoeningprang adalah salah satu pahlawan dari
Yogyakarta yang diasingkan oleh Belanda di Kota Muntok pada tanggal 8
Februari 1897. Pengasingan Pangeran Hario Pakoeningprang berawal dari
diutusnya beliau untuk meredam perlawanan rakyat Aceh terhadap
pemerintahan Belanda.
Tetapi Setibanya di Aceh Pangeran Hario malah berbalik melawan
Belanda. Setelah tertangkap Beliau lalu diasingkan di Bangka (Muntok)
pada tanggal 8 Februari 1897 hingga Wafat pada tanggal 18 Agustus 1897.
Pangeran Hario Pakoeningprang adalah Cucu dari Sri Paduka Kanjeng Gusti
Pangeran Adipati Paku Alam II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar